Halaqah 19: Makna Ucapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam “Kejelekan Tidak Kepada-Mu”
Materi HSI pada halaqah ke-19 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy adalah tentang makna ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam "Kejelekan tidak kepada-Mu".
Allah Subhānahu wa Ta’āla yang menciptakan segala sesuatu yang bermanfaat maupun yang memudhoroti, yang baik maupun yang buruk.
Adapun sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,
والشر ليس إليك
”Dan kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu.”
Maka hadits ini tidak menunjukkan bahwa kejelekan tidak dicipta oleh Allah.
Para ulama telah menjelaskan bahwa makna hadits ini:
1. Ini adalah bentuk adab kita kepada Allah azza wajalla. Tidak boleh kita berkata “Wahai Yang Menciptakan kejelekan” atau mengatakan “Wahai Pencipta Babi” meskipun Allah Subhanahu wa Ta’ala Dia-lah Yang Menciptakan itu semua.
2. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan kejelekan, secara murni kejelekan. Kejelekan yang Allah ciptakan pasti ada hikmahnya. Dilihat dari sisi hikmah inilah kejelekan yang menimpa manusia tersebut adalah baik di pandangan Allah azza wajalla, maka tidak boleh disandarkan kejelekan kepada Allah azza wajalla.
Misalnya Allah mentakdirkan rezeki.
Ada diantara manusia yang diluaskan rezekinya dan ada yang disempitkan.
Disempitkan dengan hikmah dan diluaskan dengan hikmah.
Dan diantara hikmah disempitkan rezeki seseorang adalah supaya dia tidak berlebihan di dunia, supaya dia banyak berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dan diantara hikmahnya adalah supaya terjadi saling membutuhkan antara orang yang kaya dan orang yang miskin.
3. Ada di antara ulama yang mengatakan bahwa makna ucapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam “Kejelekan tidak disandarkan kepada-Mu” maksudnya tidak boleh bertaqarrub kepada Allah dengan kejelekan.
4. Ada di antara ulama yang mengatakan bahwa maknanya kejelekan tidak akan sampai kepada Allah, tetapi kebaikan itulah yang akan sampai kepada Allah.
Penyandaran kejelekan di dalam dalil tidak dilakukan secara khusus kepada Allah, tetapi terkadang dengan penyandaran umum, seperti firman Allah azza wajalla,
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ…
[QS Az-Zumar 62] “Allah Yang Menciptakan Segala Sesuatu.”
Dan terkadang disandarkan kejelekan tersebut kepada penyebabnya, sebagaimana firman Allah,
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
[QS Al-Falaq 2] “Dari kejelekan apa yang dia ciptakan.”
Dan terkadang Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan kalimat yang pasif, sebagaimana firman Allah,
وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
[QS Al-Jinn 10] “Dan sesungguhnya kami (bangsa jin) tidak mengetahui apakah kejelekan yang diinginkan terhadap penduduk bumi ataukah Rabb mereka menginginkan bagi penduduk bumi kebaikan.”
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Beriman Dengan Takdir Allah]