Halaqah 15: Penjelasan Pembatal Keislaman Ke Enam (Bagian 1)
Materi HSI pada halaqah ke-15 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy bab Kitab Nawaqidul Islam adalah tentang penjelasan pembatal keislaman keenam bagian 1. Beliau berkata,
السَّادِسُ: مَنِ اسْتَهْزَأَ بِشَيْءٍ مِنْ دِيْنِ اللهِ، أَوْ ثَوَابِهِ، أَوْ عِقَابِهِ، كَفَرَ
وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى:
قُلْ أَبِاللهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
Yang ke enam:
“Barangsiapa yang mengejek sesuatu dari agama Allah atau pahala-Nya atau siksaan-Nya, sungguh dia telah kufur. Dalilnya firman Allah yang artinya: Katakanlah, apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, kalian mengejek? Janganlah minta udzur, sungguh kalian telah kufur setelah keimanan kalian.”
Beliau mengatakan, مَنِ اسْتَهْزَأَ بِشَيْءٍ مِنْ دِيْنِ اللهِ،
Barangsiapa yang mengejek sesuatu yang berkaitan dengan agama Allah, seperti Allah Azza wa Jalla yang mensyari’atkan agama Islam, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang membawa agama Islam, ayat-ayat Allah yang merupakan sumber agama Islam, perintah-perintah dan larangan-larangan, para sahabat yang mereka adalah orang pertama yang menerima agama Islam dari Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, para ulama yang mereka adalah pewaris para Nabi, dll.
Beliau berkata setelahnya, أَوْ ثَوَابِهِ، أَوْ عِقَابِهِ atau mengejek pahala Allah atau siksaan-Nya, seperti mengejek surga dan kenikmatan di dalamnya, dan mengolok-olok neraka dan berbagai siksaan di dalamnya.
Seorang muslim apabila di dalam hatinya ada keimanan, maka keimanan tersebut akan mendorong dia untuk mengagungkan apa yang berkaitan dengan agamanya. Dia akan mengagungkan Allah, Dzat yang menurunkan agama Islam.
Allah berkata,
(وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ)
[Surat Al-Muddaththir 3]
“Dan Rabb-mu hendaklah engkau agungkan.”
Dan Allah berfirman,
وَكَبِّرۡهُ تَكۡبِیرَۢا
[Surat Al-Isra’ 111]
“Dan hendaklah engkau mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan.”
Mengagungkan Allah diantaranya dengan hanya menyembah kepada Allah. Dan juga menyifati Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan sesuai dengan keagungan-Nya, dll.
Barangsiapa yang menyekutukan Allah, sungguh dia telah merendahkan Allah, karena dia menyamakan makhluk yang lemah dengan Al Khaliq, Yang Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu.
Barangsiapa yang menyifati Allah dengan kekurangan, sungguh dia telah merendahkan Allah. Seperti orang-orang yang meyakini bahwa Allah memiliki anak. Sebagaimana keyakinan orang-orang musyrikin.
Allah berfirman,
(وَیَجۡعَلُونَ لِلَّهِ ٱلۡبَنَـٰتِ سُبۡحَـٰنَهُۥ وَلَهُم مَّا یَشۡتَهُونَ)
[Surat An-Nahl 57]
“Dan mereka menjadikan bagi Allah, anak-anak wanita. Maha Suci Allah. Dan bagi mereka apa yang mereka senangi (anak laki-laki).”
Orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka juga mengatakan bahwasanya Allah memiliki anak.
Allah berfirman,
وَقَالَتِ ٱلۡیَهُودُ عُزَیۡرٌ ٱبۡنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَـٰرَى ٱلۡمَسِیحُ ٱبۡنُ ٱللَّهِۖ
[Surat At-Tawbah 30]
“Orang-orang Yahudi mengatakan ‘Uzair adalah anak Allah dan orang-orang Nasrani mengatakan Isa Al Masih adalah anak Allah.”
Diantara contoh merendahkan Allah, apa yang diucapkan orang-orang Yahudi ketika mereka menyifati Allah dengan kefakiran.
Allah berfirman,
لَّقَدۡ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوۡلَ ٱلَّذِینَ قَالُوۤا۟ إِنَّ ٱللَّهَ فَقِیرࣱ وَنَحۡنُ أَغۡنِیَاۤءُۘ
[Surat Ali Imran 181]
“Allah telah mendengar ucapan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, sesungguhnya Allah adalah fakir dan kami adalah orang-orang kaya.”
Mereka menyifati Allah. Mereka menyifati bahwa tangan Allah terbelenggu.
Allah berfirman,
وَقَالَتِ ٱلۡیَهُودُ یَدُ ٱللَّهِ مَغۡلُولَةٌۚ غُلَّتۡ أَیۡدِیهِمۡ وَلُعِنُوا۟ بِمَا قَالُوا۟ بَلۡ یَدَاهُ مَبۡسُوطَتَانِ یُنفِقُ كَیۡفَ یَشَاۤءُۚ
[Surat Al-Ma’idah 64]
“Dan berkata orang-orang Yahudi, tangan Allah terbelenggu. Tangan merekalah yang terbelenggu. Dan mereka dilaknat dengan sebab apa yang mereka ucapkan. Bahkan kedua tangan Allah terbentang. Dia berinfak sesuai dengan cara yang dia kehendaki.
Seseorang yang di dalam hatinya ada keimanan, dia akan menghormati ayat-ayat Allah.
Ayat-ayat Allah ada dua:
1. Ayat-ayat kauniyah, yaitu tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di alam semesta ini.
2. Ayat-ayat sam’iyyah. yaitu tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di dalam kitab-Nya, seperti yang ada di dalam Al Qur’an.
Kewajiban seorang muslim adalah menghormati ayat-ayat Allah dan tidak menghinakannya.
Allah berfirman,
وَلَا تَتَّخِذُوۤا۟ ءَایَـٰتِ ٱللَّهِ هُزُوࣰاۚ
[Surat Al-Baqarah 231]
“Dan janganlah menjadikan ayat-ayat Allah sebagai senda gurau.”
Kewajiban seorang muslim adalah menghormati Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Allah berfirman,
فَٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلنُّورَ ٱلَّذِیۤ أُنزِلَ مَعَهُۥۤ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
[Surat Al-A’raf 157]
“Maka orang-orang yang beriman dengan Beliau dan mereka menghormati Beliau dan menolong Beliau dan mengikuti cahaya yang diturunkan bersama Beliau, maka merekalah orang-orang yang beruntung.
Dan diantara bentuk penghormatan kita kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah menghormati istri-istri Beliau yang mereka merupakan ibu-ibu kita dan menghormati para sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Nawaqidul Islam]