Halaqah 110: Dalil Kelima Atsar Abu Tsalabah (Bagian 2)
Halaqah yang ke-110 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
بَابُ مَا جَاءَ فِي غُرْبَةِ الإِسْلاَمِ وَفَضْلِ الغُرَبَاءِ
Bab apa-apa yang datang, maksudnya adalah dalil-dalil yang datang, yang berisi tentang akan terjadinya غُرْبَة الإِسْلاَم keasingan agama Islam dan dalil-dalil tentang keutamaan orang-orang yang asing yaitu orang yang asing karena dia berpegang teguh dengan Islam.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan bahkan hendaklah kalian terus beramar ma’ruf nahi mungkar. Inilah keanehan ahlussunnah, mereka terus memperbaiki apa yang dirusak oleh manusia dan mereka sabar dan mengharap pahala dari Allah subhanahu wata'ala dalam melakukan itu semua.
Hendaklah kalian menyeru kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran
حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا
Sampai ketika kalian melihat ada kebakhilan yang sangat yang diikuti oleh manusia, banyak orang yang bakhil, sudah tidak melihat orang-orang yang senang bersedekah, rata-rata kebakhilan yang sangat dan kebakhilan tersebut diikuti, menunjukkan bahwasanya terkadang kalau misalnya seseorang menemukan kebakhilan di dalam dirinya tetapi tidak dia ikuti maka itu adalah bukan perbuatan yang tercela, kadang fitrah kita ada di dalam dirinya kebakhilan terhadap uang yang dia miliki, harta yang dia miliki, ada.
Tapi kita berusaha untuk memeranginya, kita keluarkan, kita paksa untuk mengeluarkan maka ini tidak tercela yang demikian. Seseorang tidak berdosa kalau memang dia berusaha untuk apa melawan tapi kalau sudah kebatilan tadi diikuti akhirnya seseorang menahan dirinya dari infaq, sama sekali dia tidak berinfak, bersedekah maka inilah yang tercela.
Sampai ketika kalian melihat kebakhilan-kebakhilan tadi diikuti oleh manusia dan ditaati oleh manusia, banyak orang yang tidak bersedekah
وَهَوًى مُتَّبَعًا
Dan engkau melihat banyak hawa nafsu yang diikuti, tersebar orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya, hawa perutnya, hawa kemaluannya, hawa matanya, hawa telinganya, hawa mulutnya, banyak diantara manusia mengikuti hawa nafsunya, jarang diantara mereka yang bisa menahan diri dari hawa nafsunya
وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً
Dan engkau melihat dunia mulai didahulukan daripada akhirat
بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا [ الأعـلى:16
Akan tapi kalian mendahulukan kehidupan dunia. Banyak orang yang lalai dengan kehidupan akhiratnya, tidak memperhatikan keselamatan dia di akhirat yang penting dia kenyang di dunia, yang penting dia bisa mendapatkan ini di dunia
وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ
Dan engkau melihat banyaknya orang yang ta’ajub dengan pendapatnya, setiap orang yang memiliki pendapat dia ta’ajub dengan pendapatnya, banyak sekali yang demikian di hari-hari seperti ini, setiap orang bisa membuat akun, bisa mengeluarkan pendapat, dengan bebasnya dia menyampaikan pendapatnya dan masing-masing merasa kagum dengan apa yang dia sampaikan, apa yang dia miliki
Kalau melihatnya demikian
فَعَلَيْكَ بِنَفْسِكَ
Maka hendaklah engkau berpegang dengan dirimu sendiri, dalam keadaan seperti ini artinya kapan kita فَعَلَيْكَ بِنَفْسِكَ setelah kita berusaha beramar ma’ruf nahi mungkar, kemudian setelah terjadi kerusakan yang banyak dengan keadaan-keadaan yang tadi disebutkan, kebakhilan yang diikuti, hawa nafsu yang diikuti, dunia yang mulai di dahulukan daripada akhirat, ta’ajubnya setiap orang yang punya pendapat dengan pendapatnya فَعَلَيْكَ بِنَفْسِكَ, maka hendaklah engkau memperhatikan dirimu
وَدَعْ عَنْكَ العَوَامَّ
Dan hendaklah engkau tinggalkan orang-orang awam
فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ
Karena sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari kesabaran, maksudnya adalah hari-hari yang sangat parah, yang sangat dahsyat yang membutuhkan kesabaran yang ekstra dari kalian. Sampai disebutkan di sini syiddahnya dan sangat pedih nya dan sangat parahnya hari-hari tersebut
الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الجَمْرِ
Orang yang berpegang dengan agamanya di hari-hari tersebut, bukan hanya satu hari tapi berhari-hari, orang yang berpegang dengan agamanya yaitu menjalankan Islam yang murni, bertauhid, mengikuti sunnah, berdakwah kepada sunnah di hari-hari tersebut itu diibaratkan seperti orang yang menggenggam bara api.
Bagaimana orang yang menggenggam bara api dia akan merasakan panasnya, kulit ini adalah yang paling merasakan ketika terjadi panas atau terjadi dingin, dialah yang pertama kali akan merasakan. Orang yang berpegang teguh dengan agama di saat itu seperti orang yang memegang bara api yaitu sangat pedih, sangat panas, sangat berat.
Dikucilkan, dikatakan demikian dan demikian, berat hidup di hari-hari tersebut diibaratkan seperti orang yang memegang bara api. Kalau dia pegang maka terus dia akan merasakan panasnya tapi kalau dia lepas bara api tadi dia akan merasa enak sementara dianggap oleh orang lain, itu sementara saja, akhirnya belum tentu dia akan terus-menerus dianggap oleh orang lain karena Allah subhanahu wata'ala Dia-lah yang membolak-balikkan hati manusia. Dan disebutkan dalam hadits, orang yang melakukan sesuatu untuk mendapatkan ridho manusia dengan membuat marah Allah subhanahu wata'ala maka Allah subhanahu wata'ala akan marah kepadanya.
مَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ
Barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan kemarahan dari Allah subhanahu wata'ala, dia sudah merasa kepanasan, dia lepas, ingin mendapatkan ridho manusia, legah sebentar tapi belum tentu dia akan terus diridhoi oleh manusia, karena hati manusia di tangan Allah subhanahu wata'ala
Barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan cara membuat Allah subhanahu wata'ala murka maka Allah subhanahu wata'ala
سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ
Allah subhanahu wata'ala akan murka kepada orang tersebut, bukan hanya itu
وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ
dan akan menjadikan manusia tadi membenci kepada orang tersebut.
Diberikan sesuatu yang berlawanan dari keinginannya, berarti dia rugi dua kali atau lebih. Pertama dia tinggalkan al-haq kemudian yang kedua mendapatkan kemarahan dari Allah subhanahu wata'ala kemudian ketiga manusia akan membencinya. Dan ini banyak kejadian yang demikian, justru orang-orang yang dia meninggalkan ridho Allah subhanahu wata'ala untuk mendapatkan ridho manusia akhirnya dia justru malah dibenci oleh manusia itu sendiri.
Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan
مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الجَمْرِ
dia seperti orang yang memegang bara api, kalau dia pegang terus maka dia akan pedih merasakan panasnya dan kalau dia lepaskan maka dia akan melepaskan agamanya.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]