Halaqah 112: Dalil Kelima Atsar Abu Tsalabah (Bagian 4)
Halaqah yang ke-112 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
بَابُ مَا جَاءَ فِي غُرْبَةِ الإِسْلاَمِ وَفَضْلِ الغُرَبَاءِ
Bab apa-apa yang datang, maksudnya adalah dalil-dalil yang datang, yang berisi tentang akan terjadinya غُرْبَة الإِسْلاَم keasingan agama Islam dan dalil-dalil tentang keutamaan orang-orang yang asing yaitu orang yang asing karena dia berpegang teguh dengan Islam.
Makanya para sahabat bertanya di sini minha aw minhum, ternyata Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan bal minkum, menunjukkan tentang besarnya pahala yang didapatkan oleh orang-orang yang asing di hari-hari tersebut dan dia bersabar dan dia terus mengamalkan Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
أَجر خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكم
Bukan hanya satu orang sahabat bahkan lima puluh, seandainya dia mendapatkan pahala satu orang sahabat saja itu sudah pahala yang sangat besar apalagi lima puluh orang sahabat. Dia sabar dicela dan kucilkan oleh orang bahkan mungkin diancam atau ditayangkan di televisi dan seterusnya tapi dia terus bersabar, bersabar tidak meninggalkan Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di tengah-tengah manusia, di pasarnya, di kantornya, di sekolahnya dia terus berpegangan teguh dengan sunnah ini maka mereka mendapatkan
مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكم
Tentunya ini adalah dorongan bagi orang-orang di hari-hari tersebut untuk terus bersabar dan itu hanya sebentar, terus bersabar dan dia mendapatkan pahala lima puluh orang sahabat, dan ketahuilah bahwasanya
إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا
Setelah kesusahan pasti di sana ada kemudahan, jangan kita lewatkan pahala yang sangat besar ini, lima puluh orang sahabat.
Dan jangan dipahami seperti yang dipahami oleh sebagian bahwasanya kita lebih baik daripada sahabat, karena ada yang memahami hadits ini dan mengatakan jamaah kita ini lebih baik daripada sahabat karena kita berpegang teguh dengan sunnah sehingga mereka meremehkan para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sampai hampir-hampir tidak terdengar mereka mengucapkan radhiallahu ‘anhu kepada para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, di sebutkan nama-nama beliau dan berlalu mereka dengar tapi jarang mereka mengatakan radhiallahu ‘anhu, bahkan tidak sebutkan keutamaan-keutamaan para sahabat di dalam majelis-majelis mereka kecuali atsar sahabat yang kira-kira mendukung tentang bid’ah-bid’ah mereka seperti misalnya
إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ
Baru di situ sebutkan keutamaan Umar Bin Khattab, bahwasanya beliau adalah yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam iktadu bi ladaini min ba’di, berarti kita harus mengikuti ucapan beliau dan beliau mengatakan لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ. Kalau memang pas berkaitan dengan yang mendukung bid’ahnya baru dipuji-puji para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adapun di sisi yang lain maka tidak disebutkan pujian mereka kepada para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Apakah pemahaman ini benar? Salah. Bukan berarti hadits ini menunjukkan keutamaan kita dibandingkan para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kalau misalnya seorang sahabat meriwayatkan tentang sebuah amalan, namanya amalan A misalnya, mengamalkan sebuah amalan kemudian diikuti oleh orang-orang di hari-hari yang penuh dengan kesabaran. Ada seorang muslim yang mengikuti, dalam keadaan hari-hari yang sulit dia masih mengamalkan amalan ini, sebagaimana dalam hadits tadi dia akan mendapatkan pahala lima puluh orang sahabat, dilipat gandakan pahalanya oleh Allah subhanahu wata'ala sehingga dia mendapatkan pahala 50 orang sahabat, kemudian sahabat yang pertama kali menyampaikan tadi, menyampaikan amalan A ini kepada tabi’in kemudian tabi’in menyampaikan kepada tabi’ tabi’in kemudian seterusnya sampai kepada orang ini, berarti dia mengetahui amal sholeh A ini asalnya dari seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan sudah berlalu
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
Ketika dia mendapatkan pahala lima puluh orang sahabat tadi otomatis pahala yang dilipat gandakan sampai lima puluh orang sahabat tadi akan masuk ke kebaikan sahabat yang pertama tadi, berarti kira-kira bisa tidak kita menyaingi pahala para sahabat, tidak mungkin. Karena ketika pahala kita dilipat gandakan otomatis sahabat yang meriwayatkan hadits tadi juga dilipat gandakan, apalagi yang mengamalkan hadits tadi bukan kita saja, di sana ada orang lain, tidak mungkin kita bisa menyaingi pahalanya para sahabat radhiallahu ta’ala’anhum.
Semoga Allah subhanahu wata'ala meridhai mereka yaitu para sahabat radhiallahu ta’ala anhum dan hadits ini jelas menunjukkan kepada kita tentang keutamaan orang yang bersabar di hari-hari tersebut.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]