Halaqah 02: Dalil Wajibnya Beriman dengan Takdir Allah
Materi HSI pada halaqah ke-2 dari halaqah silsilah ilmiyyah abdullah roy adalah tentang dalil wajibnya beriman dengan takdir Allah.
Beriman dengan takdir Allah yang baik dan yang buruk adalah termasuk salah satu diantara enam rukun iman yang harus diimani dan telah tetap kewajibannya di dalam Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma.
Dari Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu dengan ketentuan.”
Dan Allah berfirman,
“Dan Dia menciptakan segala sesuatu maka Dia pun menentukan dengan sebenar-benar penentuan.”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan perkara Allah adalah ketentuan yang sudah ditakdirkan.”
Adapun dari As-Sunnah maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ketika ditanya oleh Malaikat Jibril alaihissalam tentang iman,
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir, dan engkau beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.” [HR Muslim]
Dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
Adapun dari Ijma, maka kaum muslimin telah bersepakat atas wajibnya beriman dengan takdir Allah dan bahwasanya orang yang mengingkari takdir Allah maka dia telah keluar dari agama Islam.
Berkata Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ketika mendengar tentang munculnya orang-orang yang mengingkari takdir dan bahwasanya kejadian terjadi dengan sendirinya tanpa takdir.
“Apabila kamu bertemu dengan mereka maka kabarkanlah kepada mereka bahwa aku (Abdullah Ibnu Umar) berlepas diri dari mereka dan mereka pun berlepas diri dariku. Demi Dzat yang Abdullah Ibnu Umar bersumpah dengan-Nya seandainya salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian menginfakkannya maka Allah tidak akan menerima darinya sampai dia beriman dengan takdir.” [Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam shahihnya]
Yang demikian karena Allah tidak menerima amalan orang yang kafir dan termasuk kekufuran apabila seseorang mengingkari takdir Allah azza wajalla.
Berkata Al Imam An Nawawi rahimahullah,
“Telah banyak dalil-dalil yang jelas tetapnya yang saling menguatkan dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma Shahabat dan para Ahlul Halli wal Aqdi, (yaitu orang-orang yang punya wewenang dari tokoh-tokoh kaum muslimin) dari kalangan salaf dan kholaf yang menunjukkan atas penetapan takdir Allah Subhānahu wa Ta’āla.” [Al Minhaj Syarah Shahih Muslim Ibnu Al Hajjaj jilid I hal 155]
Dan berkata Ibnu Hajar rahimahullah,
“Dan Manhaj seluruh salaf bahwa perkara-perkara semuanya dengan takdir Allah Ta’āla.” [Fathul Baari jilid 11 hal 478]
Dari Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
[QS Al-Qamar 49] “Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu dengan ketentuan.”
Dan Allah berfirman,
… وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
[QS Al-Furqan 2] “Dan Dia menciptakan segala sesuatu maka Dia pun menentukan dengan sebenar-benar penentuan.”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
… ۚ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا
[QS Al-Ahzab 38] “Dan perkara Allah adalah ketentuan yang sudah ditakdirkan.”
Adapun dari As-Sunnah maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ketika ditanya oleh Malaikat Jibril alaihissalam tentang iman,
أن تؤ من با لله وملا ئكته وكتبه ورسله واليوم الا خر وتؤ من بالقدرخيره وشره
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir, dan engkau beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.” [HR Muslim]
Dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ شَيْءٍ بِقَدَرٍ حَتَّى العَجْزُ والكَيْسُ
“Segala sesuatu dengan takdir sampai ketidak mampuan dan kecerdasan.” [HR Muslim] Adapun dari Ijma, maka kaum muslimin telah bersepakat atas wajibnya beriman dengan takdir Allah dan bahwasanya orang yang mengingkari takdir Allah maka dia telah keluar dari agama Islam.
Berkata Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma ketika mendengar tentang munculnya orang-orang yang mengingkari takdir dan bahwasanya kejadian terjadi dengan sendirinya tanpa takdir.
فَإِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي، وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ، لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ
“Apabila kamu bertemu dengan mereka maka kabarkanlah kepada mereka bahwa aku (Abdullah Ibnu Umar) berlepas diri dari mereka dan mereka pun berlepas diri dariku. Demi Dzat yang Abdullah Ibnu Umar bersumpah dengan-Nya seandainya salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian menginfakkannya maka Allah tidak akan menerima darinya sampai dia beriman dengan takdir.” [Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam shahihnya]
Yang demikian karena Allah tidak menerima amalan orang yang kafir dan termasuk kekufuran apabila seseorang mengingkari takdir Allah azza wajalla.
Berkata Al Imam An Nawawi rahimahullah,
وَقَدْ تَظَاهَرَتِ الْأَدِلَّةُ الْقَطْعِيَّاتُ مِنَ الْكِتَابِ وِالسُّنَّةِ وَإِجْمَاعِ الصَّحَابَةِ وَأَهْلِ الْحَلِّ وَالْعَقْدِ مِنَ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ عَلَى إِثْبَاتِ قَدَرِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
“Telah banyak dalil-dalil yang jelas tetapnya yang saling menguatkan dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma Shahabat dan para Ahlul Halli wal Aqdi, (yaitu orang-orang yang punya wewenang dari tokoh-tokoh kaum muslimin) dari kalangan salaf dan kholaf yang menunjukkan atas penetapan takdir Allah Subhānahu wa Ta’āla.” [Al Minhaj Syarah Shahih Muslim Ibnu Al Hajjaj jilid I hal 155]
Dan berkata Ibnu Hajar rahimahullah,
و مذهب السلف قاطبة أن الأمورَ كلها بتقدير الله تعالى
“Dan Manhaj seluruh salaf bahwa perkara-perkara semuanya dengan takdir Allah Ta’āla.” [Fathul Baari jilid 11 hal 478]
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Beriman Dengan Takdir Allah]