Halaqah 120: Pembahasan Dalil Pertama Hadits Irbadh (Bagian 6)
Halaqah yang ke-120 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Beliau mengatakan (Rahimahullahu Ta’ala)
بَابُ التَّحْذِيرِ مِنَ البِدَعِ
Bab tahdzir, peringatan, dari bid’ah-bid’ah.
‘Irbad ibn Sariyah mengatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan مَوْعِظَة kepada kami, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberikan wasiat
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي
maka sesungguhnya orang yang hidup di antara kalian akan melihat perselisihan yang banyak, ini adalah kabar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang ilmu yang ghaib, menunjukkan tentang tanda kenabian Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, akan terjadi perselisihan, tafarruq, perpecahan umat, dan perpecahan di sini bukan perpecahan yang qalīlan tapi disifati oleh Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dengan ikhtilafan katsīran, banyak sekali perselisihan yang membingungkan manusia, semakin banyak perselisihan semakin membuat mereka bingung.
Yang ini mengajak, yang itu menyuruh, yang ini mengiming-imingi, di kelompok ini ada si fulan dan mereka adalah orang-orang yang dikenal dan dia tahu, dalam keadaan dia bingung, tidak tahu mana yang harus dipilih dan apa yang harus dilakukan, tapi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberikan petunjuk, bagaimanapun banyak perselisihan tadi tenang, karena Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memberikan petunjuknya dan itu adalah jalan keselamatan yang kita yakini dengan seyakin-yakinnya. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي
Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku, ini adalah jalan keluar, kalau terjadi perselisihan yang banyak maka tidak usah kita ke mana-mana jalan keluarnya adalah dengan berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan sunnah Beliau shallallahu 'alaihi wasallam maksudnya adalah agama Beliau shallallahu 'alaihi wasallam yaitu berpegang teguh dengan Islam yang murni yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Maka inilah jalan keluar, bukan jalan keluarnya seperti dilakukan oleh sebagian mengatakan bahwasanya semua jalan-jalan tadi adalah benar, silakan antum mau mengambil yang ini atau yang itu semuanya adalah benar, atau jalan keluarnya kita saling memberikan udzur satu dengan yang lain di dalam apa yang kita perselisihkan, tidak usah mengatakan bahwasanya itu adalah aliran sesat, tidak usah mengingatkan manusia bahwasanya ini adalah aliran yang tidak benar, sudahlah kita saling memberikan unsur satu dengan yang lain, dengan demikian kita akan bersatu. Ini seakan-akan adalah solusi banyak orang yang tertipu dengan kalimat persaudaraan, tertipu dengan kalimat persamaan, dan itu ternyata bukan bukan solusi.
Kalau demikian caranya, termasuk diantaranya adalah presidensial kita antara muwahhidin dengan musyrikin, antara ahlus sunnah dengan ahlul bid’ah, dibiarkan dan didiamkan, maka ini yang pertama kita meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar, dan tentunya ini adalah menyelisihi apa yang diperintahkan di dalam Al-Quran maupun di dalam as-sunnah. Kalau kita diam membiarkan kesyirikan, membiarkan kebid’ahan maka berarti kita meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata'ala dan Rasul-Nya yang menyuruh kita untuk beramar ma’ruf nahi mungkar.
Dan dengan amar ma’ruf nahi mungkar kita menjadi umat yang terbaik,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ
dan dengannya kita selamat
إِلَّا قَلِيلٗا مِّمَّنۡ أَنجَيۡنَا مِنۡهُمۡۗ
dan dengannya seseorang mendapatkan al-falah di dunia maupun di akhirat
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤
[Aali Imran: 104]
Dan merekalah orang-orang yang beruntung. Dan ini adalah sifat orang-orang yang beriman sebagaimana dalam Al-Quran
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ [ التوبة:71
Ketika didiamkan kebid’ahan tadi, kesyirikan tadi berarti dia memadamkan syiar amar ma’ruf nahi mungkar, dan ini adalah sebab turunnya laknat Allah subhanahu wata'ala
لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۢ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۚ ذَٰلِكَ
بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ ٧٨كَانُواْ لَا يَتَنَاهَوۡنَ عَن مُّنكَرٖ فَعَلُوهُۚ
[Al-Maidah 78-79]
Mereka dahulu tidak saling melarang dari kemungkaran.
Bukan itu cara penyelesaiannya dan bukan itu cara menyatukan umat. Caranya adalah dengan yang ditunjukkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di sini, kalau memang terjadi perselisihan ayo kita
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي
Tidak usah berselisih, kita semuanya kembali kepada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, berpegang dengan Islam yang murni yang dibawa oleh Beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Inilah cara untuk mengatasi perselisihan tadi, kita kembali kepada jalan yang sudah ditempuh oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Yang melenceng ke kanan kembali ke tengah, yang melenceng ke kiri kembali ke tengah, dengan demikian kita akan berkumpul dan bersatu di tengah, di jalan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian kita jalan bareng, itulah cara bersatu yang benar.
Ada pun membiarkan mereka diatas subul (jalannya) masing-masing maka ini membiarkan mereka di atas kesesatan, mendiamkan kemungkaran yang ada pada diri mereka. Ini bukan penyelesaian, bahkan dengan sebab ini mereka akan mendapatkan kehinaan, musuh akan menganggap remeh mereka.
Disebutkan dalam hadits, apabila kalian sudah saling berjual beli dengan ‘inah, salah satu jenis jual beli riba, dan kalian mulai memegang ekor-ekor sapi, maksudnya adalah sibuk dengan dunia kalian, dan kalian meninggalkan jihad fīsabilillah, termasuk diantara jihad adalah jihad bil ‘ilm (dengan cara dakwah), maka ini adalah sebab Allah subhanahu wata'ala akan menjadikan, menguasakan kepada kalian dzullan, yaitu kehinaan, karena tidak ada amar ma’ruf nahi mungkar.
Maka kita akan diliputi oleh kehinaan, kerendahan, dan Allah subhanahu wata'ala tidak akan mengangkat kerendahan dan kehinaan tadi sampai kalian kembali kepada agama kalian, kembali setelah sebelumnya kalian menjauh dari jalan yang lurus yang ditempuh oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kembali kepada jalan yang lurus, kembali kepada Islam yang murni, itulah cara bersatu.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]